Based on true story. Dengan per-Lebai-an seperlunya.
Demi melindungi nama baik para pelaku, maka nama dan tempat kejadian di samarkan.
*****************************
Jum’at
pagi yang terik di salah satu SMA favorit. Siswa-siswi bergerombol di
halaman sekolah untuk mengikuti kegiatan Imtaq. Karpet-karpet beraneka
warna di gelar sebagai alas pantat-pantat indah yang tidak ingin
bersentuhan dengan tanah kotor. Namun, walaupun karpet-karpet itu sudah
tergelar rapi, mengundang para manusia untuk segera mendudukinya,
siswa-siswi yang rata-rata menderita gangguan telinga itu belum juga
menempati tempat mereka. Meski para guru sudah meneriaki, mengancam,
bahkan memukul, siswa-siswi itu tetap cuek. Sebagian ada yang berkerumun
di depan kelas, saling bercerita tentang mimipi semalam, sebagian ada
yang menuju kantin, karena belum sempat sarapan di rumah dan sisanya
memenuhi panggilan alam, tapi bukan Alam penyanyi itu ya,, -___-
Termasuk
di antara siswa-siswi tersebut, delapan gadis cantik nan bohai, Jane,
Vita, Dwi, Krisna, Kusuma, Lestari, Anna dan Rosi yang tetap berdiri di
depan kelas mereka tertawa dan bercanda seperti orang bodoh.
Sampai
akhirnya, seorang guru bertampang sangar, dengan kumis seksinya membawa
sebilah bambu—yang entah di dapatnya dari mana, menghalau para
kerbau—siswa, itu untuk segera menduduki karpet-karpet, yang mulai
menangis karena sebentar lagi akan bertemu dengan pantat-pantat yang
belum disucikan.
Jane dan kawan-kawan segera berlari mencari tempat strategis untuk melanjutkan cerita mereka.
“Eh..
disini aja, teduh gak panas.” Kata Jane menarik tangan teman-temannya
ke balik bayang-bayang pohon Palm. Teman-teman Jane mengikutinya, mereka
mengambil ancang-ancang dan hap! Mereka duduk rapi bak seorang putri.
Kegiatan
dimulai, diisi oleh pembacaan-pembacaan ayat-ayat suci, ceramah,
sedikit karaoke dari guru yang terobsesi menjadi penyanyi dan kuis-kuis
berhadiah amplop.
Jane dan kawan-kawan tetap asik bercerita. Entah karena mereka terlalu seru atau memang karena mereka kurang ajar.
Dan
tibalah saatnya untuk berdoa. Jane yang walaupun kurang ajar tapi masih
takut tuhan, menghentikan pembicaraannya, dia menundukkan kepala,
menengadahkan tangan dan mulai berdoa. Suasana sunyi, murid-murid tidak
ada yang bergerak, burung-burung berkicau sambil terbang kesana kemari.
Sepi…
Senyap….
Namun tiba-tiba…
Pluk….
Seongok benda asing mendarat di atas kedua tangan Jane yang sedang terbuka.
Jane terdiam..
Vita membisu..
Dwi terperangah..
Krisna melotot…
Kusuma terkejut…
Rosi mengupil…
Lestari dan Anna tertidur…
Siswa-siswi yang lain tetap berdoa
Guru-guru menangis..
Masih sunyi..
Masih sepi..
Masih senyap……..
“AAAAAAAAAAAAHHHHH
TAI BURUUUUNG!!!!!!” teriakan Jane menggema dipantulkan kesunyian, dan
serentak dengan itu, murid-murid yang megetahuinya tertawa
terbahak-bahak. Vita, Dwi, Krisna, Kusuma, Anna, Rosi, dan Lestari yang
paling ekspresif. Mereka berguling-guling di atas karpet, membuat
murid-murid yang lain menyingkir ketakutan. Wajah Jane merah padam
karena malu dan marah. Dia sedang tertimpa musibah tapi teman-temannya
malah menertawakannya sampai pingsan? Ingin rasanya dia melumurkan
kotoran burung yang masih bertengger cantik di tangannya ke wajah
makhluk-makhluk kurang ajar itu. Tapi dia urungkan niatnya, walaupun
sangar, Jane masih punya hati. Alih-alih menuruti kata setan di hatinya,
dia pergi ke kamar mandi terdekat, berharap benda sialan itu tidak
meninggalkan oleh-oleh bau amis yang tidak mengenakkan di kedua
tangannya.
“Burung sialan…” umpat Jane berkali-kali.
Memangnya dia kloset? Memangnya ada tanda “Tempat Buang Hajat Gratis” di
atas kepalanya? Awas kalu sampai dia mengetahui burung apa yang
melakukan ini padanya. Dia akan memakan burung itu mentah-mentah.
“AKU BENCI BURUUUUUUUNG!!!!!!!” teraknya kesal.
No comments:
Post a Comment