Tuesday, August 7, 2012

Jane's Story

Based on true story. Dengan per-Lebai-an seperlunya.
Demi melindungi nama baik para pelaku, maka nama dan tempat kejadian di samarkan.


*****************************
Jum’at pagi yang  terik di salah satu SMA favorit. Siswa-siswi bergerombol di halaman sekolah untuk mengikuti kegiatan Imtaq. Karpet-karpet beraneka warna di gelar sebagai alas pantat-pantat indah yang tidak ingin bersentuhan dengan tanah kotor. Namun, walaupun karpet-karpet itu sudah tergelar rapi, mengundang para manusia untuk segera mendudukinya, siswa-siswi yang rata-rata menderita gangguan telinga itu belum juga menempati tempat mereka. Meski para guru sudah meneriaki, mengancam, bahkan memukul, siswa-siswi itu tetap cuek. Sebagian ada yang berkerumun di depan kelas, saling bercerita tentang mimipi semalam, sebagian ada yang menuju kantin, karena belum sempat sarapan di rumah dan sisanya memenuhi panggilan alam, tapi bukan Alam penyanyi itu ya,, -___-

Termasuk di antara siswa-siswi tersebut, delapan gadis cantik nan bohai, Jane, Vita, Dwi, Krisna, Kusuma, Lestari, Anna dan Rosi yang tetap berdiri di depan kelas mereka tertawa dan bercanda seperti orang bodoh.

Sampai akhirnya, seorang guru bertampang sangar, dengan kumis seksinya membawa sebilah bambu—yang entah di dapatnya dari mana, menghalau para kerbau—siswa, itu untuk segera menduduki karpet-karpet, yang mulai menangis karena sebentar lagi akan bertemu dengan pantat-pantat yang belum disucikan.

Jane dan kawan-kawan segera berlari mencari tempat strategis untuk melanjutkan cerita mereka.

“Eh.. disini aja, teduh gak panas.” Kata Jane menarik tangan teman-temannya ke balik bayang-bayang pohon Palm. Teman-teman Jane mengikutinya, mereka mengambil ancang-ancang dan hap! Mereka duduk rapi bak seorang putri.

Kegiatan dimulai, diisi oleh pembacaan-pembacaan ayat-ayat suci, ceramah, sedikit karaoke dari guru yang terobsesi menjadi penyanyi dan kuis-kuis berhadiah amplop.

Jane dan kawan-kawan tetap asik bercerita. Entah karena mereka terlalu seru atau memang karena mereka kurang ajar.

Dan tibalah saatnya untuk berdoa. Jane yang walaupun kurang ajar tapi masih takut tuhan, menghentikan pembicaraannya, dia menundukkan kepala, menengadahkan tangan dan mulai berdoa. Suasana sunyi, murid-murid tidak ada yang bergerak, burung-burung berkicau sambil terbang kesana kemari.

Sepi…
Senyap….

Namun tiba-tiba…
Pluk….

Seongok benda asing mendarat di atas kedua tangan Jane yang sedang terbuka.

Jane terdiam..
Vita membisu..
Dwi terperangah..
Krisna melotot…
Kusuma terkejut…
Rosi mengupil…
Lestari dan Anna tertidur…
Siswa-siswi yang lain tetap berdoa
Guru-guru menangis..

Masih sunyi..
Masih sepi..
Masih senyap……..



“AAAAAAAAAAAAHHHHH TAI BURUUUUNG!!!!!!” teriakan Jane menggema dipantulkan kesunyian, dan serentak dengan itu, murid-murid yang megetahuinya tertawa terbahak-bahak. Vita, Dwi, Krisna, Kusuma, Anna, Rosi, dan Lestari yang paling ekspresif. Mereka berguling-guling di atas karpet, membuat murid-murid yang lain menyingkir ketakutan. Wajah Jane merah padam karena malu dan marah. Dia sedang tertimpa musibah tapi teman-temannya malah menertawakannya sampai pingsan? Ingin rasanya dia melumurkan kotoran burung yang masih bertengger cantik di tangannya ke wajah makhluk-makhluk kurang ajar itu. Tapi dia urungkan niatnya, walaupun sangar, Jane masih punya hati. Alih-alih menuruti kata setan di hatinya, dia pergi ke kamar mandi terdekat, berharap benda sialan itu tidak meninggalkan oleh-oleh bau amis yang tidak mengenakkan di kedua tangannya.

“Burung sialan…” umpat Jane berkali-kali. Memangnya dia kloset? Memangnya ada tanda “Tempat Buang Hajat Gratis” di atas kepalanya? Awas kalu sampai dia mengetahui burung apa yang melakukan ini padanya. Dia akan memakan burung itu mentah-mentah.

“AKU BENCI BURUUUUUUUNG!!!!!!!” teraknya kesal.

No comments:

Post a Comment