ALLAHUAKBAR
ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR
LAAILAHAILULLAH
HUWALLAH HUAKBAR
ALLAHUAKBAR WALILLAH ILHAM..
Suara takbir menggema merdu di
seantero Palm Woods. Para umat muslim disana bersuka cita menyambut hari
kemenangan esok. Sebentar lagi akan dimulai pawai obor, kegiatan tahunan yang
lama kelamaan menjadi kewajiban.
Sementara orang-orang diluar
gaduh mempersiapkan pawainya. Penghuni apartemen 2J sibuk dengan hal lain.
“Oke.. jadi baju ini dipake pas
sholat Ied, terus baju yang ini buat halal bi halal,sama yang satu ini buat
pawai sekarang...” James menjejerkan berbagai macam model dan warna pakaian di
kasurnya. Kendall yang memperhatikan hanya bisa menguap.
“James lo jualan baju? Kok gak
bilang-bilang.” Logan yang baru masuk heran melihat tumpukan baju di ranjang
James.
“Bukaaaan.. ini baju buat
dipake besok.”
“Buset... emang besok lo mau
ikut peragaan busana? Bajunya sampe selusin gitu.”
James mendengus. “Enggak lah..
kan besok kita mau halal bi halal kesana kemari jadi bajunya musti ganti-ganti.
Gila aja, artis tapi penampilan kayak gembel.” James melirik Carlos yang masuk
sambil mengunyah Corndogs.
Carlos yang merasa diperhatikan
berkata. “Kenwapwa? Adwa ywang swalwahh??” kata-katanya tak jelas karena
Corndogs yang dijejalkan ke mulutnya.
James menggedikkan bahu.
“Nothing.”
“Sayang ya lebaran tahun ini
kita gak bisa mudik.” Kendall yang tiduran di kasurnya tiba-tiba bergumam.
“Padahal gue kangen Oma.”
“Kangen Oma apa kangen THRnya
lo?” timpal Logan.
Kendall nyengir. “THRnya dong..
biasanya gue dikasih banyak sama Oma. Sekarang gak ada yang ngasih.”
“Dasar cucu durhaka.”
“Yee... biarin, kayak lo enggak
pengen aja dikasih THR.”
“Lebaran itu bukan melulu
tentang THR. Tapi tentang bagaimana kita berbagi di hari kemenangan. Percuma lo
dapet THR banyak tapi gak mau berbagi. Pahalanya berkurang.” Logan memulai
ceramahnya.
Kendall memilih diam. Kalau
Logan sudah memulai kultumnya, dia tak akan pernah menang.
Disudut ruangan Carlos
mengamini kata-kata Logan, sambil menegadahkan kedua tangan seperti berdoa.
“Amin...” kata Carlos semangat.
Logan menoleh bingung. “Apanya
yang amin Los?”
“Doa lo barusan.”
“Doa yang mana..”
“Itu yang ada Kendall bagi-bagi
THRnya... “
Dziiingg... sebuah bantal
mendarat telak di wajah Carlos.
“KAPAN DIA PERNAH DOA KAYAK
GITU HAH.. DASAR BOLOT!!!” Kendall berteriak kesal. Heran punya temen begonya
minta digiles.
“Kendall! Kalo mau lempar itu
pake duit jangan bantal. Lo kira gak sakit apa.” Carlos misuh-misuh.
“Lagian kapan Logan bilang gue
mau bagi-bagi THR. “
“Itu tadi.. pokoknya gue denger
Logan ceramahin lo soal THR terus nyuruh bagi-bagi THR, itu yang gue aminin.
Habisnya selama ini lo kalo dapet THR gak pernah bagi-bagi.”
Sekali lagi sebuah bantal
mendarat di wajah Carlos.
“KENDALL!” teriaknya kesal.
“Enak aja lo minta bagi-bagi
THR. Paling ujung-ujungnya lo beliin petasan. Gak kapok ya dikejer anjing
dulu.”
“Enggak lah.. gue udah tobat.
Sekarang gak mau maen petasan lagi.” Carlos memasang wajah alimnya.
“Terus duit banyak buat apaan?”
“Buat beli helm baru...”
Kendall mengernyit. “Helm lo
masih bagus perasaan. Buat apa beli yang baru.”
“Itu gue pengen Helm kayak
Uje.. Helm GM.. biar Gaul Men..” Carlos menirukan gerakan Uje di iklan.
Kendall, Logan, bahkan James
yang dari tadi sibuk dengan baju-bajunya melongo menatap Carlos. Lalu mereka
serempak meninggalkan kamar.
“Bukan temen gue.” Kata
Kendall.
“Apalagi gue.” Sahut Logan.
“Gak kenal.” Timpal James.
Tinggal Carlos yang bengong
sendirian di kamar.
***
Para penghuni Palm Woods
bergantian memukul bedug. Sambil tak henti-hentinya menyenandungkan takbir.
Hampir seluruh penghuninya turun ke jalan mengikuti pawai obor. Mr. Bitters
yang jadi pemimpinnya. Beliau memegang obor besar, berjalan paling depan.
Anak-anak kecil meramaikan dengan kembang api yang diluncurkan ke angkasa,
warna-warni kembang api membias di wajah mereka. Semua tertawa, semua
bergembira.
Logan dan Camile, serta Kendall
dan Jo bergandengan sepanjang jalan. Sementara Carlos dan James berjalan
beriringan dengan The Jennifers.
Tahun ini Kendall dan
kawan-kawan memang tidak pulang ke Minnesota. Mereka kehabisan tiket, padahal
Mama Schmidt sudah memesan tiket dua minggu sebelum lebaran. Mungkin karena
lebaran tahun ini bersamaan dengan libur musim panas, dimana anak-anak sekolah
mendapat libur tambahan. Jadi banyak penghuni orang-orang yang bepergian walaupun
sekedar hanya untuk liburan.
James, Logan dan Carlos sedih
awalnya. Karena mereka tidak bisa bertemu orang tua masing-masing. Sebenarnya
ini lebaran kedua yang mereka rayakan di Palm Woods, sama seperti lebaran tahun
lalu, hanya bedanya tahun lalu. Orang tua James, Logan dan Carlos berlebaran
bersama mereka di sini. Jadi mereka tidak terlalu kehilangan suasana lebaran
seperti di Minnesota. Tidak seperti sekarang. Mereka hanya merayakannya berenam
bersama Katie dan Mama Knight.
Tapi tentu saja mereka telah
menelepon keluarga masing-masing, menyampaikan maaf walau hanya via telepon—dan
skype. Itu cukup untuk James, Logan dan Calos. Yang penting mereka tak
kehilangan momen lebaran, yang intinya adalah saling memaafkan.
***
3.30 am.
Alarm Logan mulai berbunyi.
Terkantuk-kantuk Logan meraba alarmnya dalam gelap, kemudian mematikannya. Dia
bangkit, duduk sebentar di pinggir ranjang, mengumpulkan nyawa. Lalu perlahan
membangunkan teman-temannya.
“Ehh bangun bagun..... sahur!!”
Logan mengguncang tubuh
temannya satu persatu. Kendall dan James setengah menggerutu bangkit dari tempat tidur
masing-masing. Sementara Carlos yang paling kebo diantara mereka masih
tertidur, walaupun sudah dibangunkan dengan cara paling tak manusiawi
sekalipun. Dia malah berguling sambil mengigau.
“Iya Uje... saya beli helmnya.
Santai men..”
***
“Tumben gak ada yang bangunin pake kentongan.”
Logan bergumam.
Mereka berempat tersaruk-saruk
menuju meja makan, dengan Carlos yang basah kuyup mengekor dibelakang. Kendall,
Logan dan James terpaksa mengguyurnya dengan seember penuh air untuk
membangunkannya.
“Mana makanannya??” cuma karena
yang satu itu Carlos menahan diri untuk tidak marah-marah pada ketiga
sahabatnya.
Kendall, Logan dan James
menoleh ke meja makan yang kosong melompong.
“MOOOOOOM!!!!” Kendall
berteriak memanggil Mama Schmidt.
“MOOOOM!!!!” panggil Kendall
lebih keras, heran kenapa ibunya sendiri bisa lupa untuk menyiapkan sahur.
“Wah.. emak lo kebo juga
ternyata Ken..” Kata James tak sabar.
“Tau nih.. gak biasanya.”
Mereka bergegas ke kamar Mama Schmidt, menggedor-gedor pintunya seperti orang
kesurupan.
“Gak mempan.” Kendall mulai
panik. “Jangan-jangan emak gue sama Katie mati di dalem.”
“Carlos..” Kata Logan cepat
tanggap. “Dobrak pintunya!”
Beruntung. Belum sempat Carlos
mendobrak pintu, dan melakukan aksi yang lebih anarkis. Mama Schmidt,
terkantuk-kantuk membuka pintu.
“Kalian ngapain pagi buta
begini?!” sembur beliau.
“Sahur Mom... kenapa makanannya
belum disiapin?” Kendall menjelaskan.
“Iya.. mentang-mentang kemarin
hari terakhir puasa, masa sekarang males sahur.. ntar puasanya gak berkah.”
Carlos sok menggurui.
Tiba-tiba Logan, Kendall dan
James membeku mendengar perkataan Carlos.
Mama Schmidt cuma bisa
geleng-geleng kepala melihat tingkah cowok-cowok itu, beliau menutup pintunya dan kembali tidur.
“Logan..” Kata Kendall menahan
kesal. “Lo kerajinan apa kurang kerjaan sih?”
“Iya nih kutu satu.. padahal
gue lagi enak-enak tidur, mimpi pacaran ama Vanilla Sepen Ikon.. parah lo!!”
semprot James.
Logan cuma mesem-mesem.”Sorry
Mamen.. gue lupa matiin alarm.”
“Ada apaan sih???” Tanya Carlos
polos. Rupanya dia belum mengerti apa yang sedang terjadi.
“Ampun deh ini makluk.” James
menjitak kepala Carlos gemas. “Kan lo sendiri yang bilang kemarin hari terakhir
puasa.”
“Terus???” tanya Carlos masih
tak mengerti.
“Ya kalo kemarin udah hari
terakhir, ngapain kita puasa lagi besok?!”
Carlos terdiam, dari wajahnya
sepertinya dia sedang berpikir keras. “Jadi sekarang kita gak sahur nih?”
“Ya kagak.. kan besok udah
lebaran.. udah ah gue mau tidur lagi.” Logan beranjak menuju kamarnya, diikuti
Kendall dan James.
“Terus gue udah basah kuyup
begini kita gak jadi makan gitu?” Carlos shock.
Kendall berbalik, dia menatap
Carlos prihatin, meletakkan kedua tangannya di bahu Carlos. “Hidup memang keras
kawan.”
***
Carlos ngambek.
Terang aja, siapa yang gak
ngambek kalo pagi-pagi buta udah disiram air sedingin es terus ujung-ujungnya
gak jadi dapet makanan kayak yang dibayangin. Carlos dongkol banget sama ketiga
sahabatnya. Dia menolak berbicara dengan mereka. Tak peduli walaupun
sahabat-sahabatnya merayu dengan berbagai macam cara. Bahkan ceramah panjang
lebar Logan tentang bagaimana seharusnya kita saling memaafkan di hari Idul
Fitripun tak dapat melunakkan hati Carlos.
“Wah gawat... dia beneran
ngambul.” Kendall berbisik kepada Logan dan James. Mereka memperhatikan Carlos
yang menyiapkan perlengkapan sholat Iednya dalam diam.
“Pokoknya ini semua salah
Logan!” tuding James.
“Lah.. kenapa gue?!” Logan yang
tak mau disalahkan protes. “Kan lo yang nyuruh kita buat nyiram dia.”
“Tapi kalo bukan karena lo yang
kerajinan nyalain alarm gue gak bakal nyuruh buat nyiram dia kali.” James tak
mau kalah.
“Eehh.. udah.... kenapa malah
jadi kalian yang berantem.” Kendall menengahi. “Itu Carlos begimana.”
Logan menghela nafas. “Udah
biarin aja.. ntar juga baik sendiri tuh anak.”
“Boys.. ayo cepet. Sholatnya
udah mau mulai tuh.” Mama Knight memanggil dari depan.
Kendall, Logan dan James
buru-buru memakai pecinya, sementara Carlos malah memakai helm.
“Los... gak salah kostum lo?
Masa Sholat pake helm? Ntar sholatnya gak sah loh.. emang lo yakin helm itu
udah suci dari hadas.” Logan yang memang paling alim tak tahan untuk tak
menggurui.
Tapi Carlos melengos, gayanya
udah kayak anak kecil yang ngambek gak dikasih permen. Kendall, Logan dan James
cuma bisa geleng-geleng kepala, istighfar.
Bahkan saat sholatpun, Carlos
memilih saf yang jauh dari teman-temannya. Kendall, Logan dan James makin tak
enak hati. Biasanya Carlos tak pernah seperti ini. Mereka tak mau masalah
sepele seperti ini merusak hari raya mereka yang seharusnya bersih dari dosa.
“Kita gak bisa diem aja.
Biasanya kalo Carlos ngambek tuh ada maunya.” James berbisik ke teman-temannya
sesaat sebelum sholat dimulai.
Logan tersenyum misterius,
balas berbisik “Tenang. Gue punya ide.”
Kendall dan James saling
pandang. Kemudian mengangkat bahu. Yah percayakan saja pada Logan, pikir mereka.
***
“Mom.. maafin Kendall ya,
Kendall banyak salah sama Mom.” Kendall mencium kedua tangan Mama Schmidt, air
mata haru bergulir di pipinya, teringat segala kelakuan kurang ajarnya selama
ini.
Mama Schmidt sendiri tak bisa
membendung air matanya. Beliau memeluk Kendall erat. “Iya sayang. Maafin Mom
juga ya kalo selama ini suka cerewet sama kamu.”
“Kita juga minta maaf Mama
Knight, kita sering kurang ajar.” Logan, James dan Carlos bergantian menyalami
Mama Knight.
“Iya boys.. gak apa-apa kalian
udah Mama anggap anak sendiri.” Mama Knight memeluk mereka satu persatu.
Katie juga ikut menyalami
mereka satu-persatu. Suasana haru menyelimuti apartemen mereka pagi itu.
“Yuk, sekarang kita keliling.”
Ajak Logan ke teman-temannya. “Carlos ikut gak lo?”
“Hmm...” Jawab Carlos singkat,
walaupun masih ngambek tapi dia sudah mulai mau berbicara lagi.
Bersama-sama mereka ke lobby.
Mr. Bitters adalah orang pertama yang mereka cari.
“Minal Aidin ya Mr. Bitters.
Maaf kalo kita sering ngerusakin barang di sini.”
“Iya sama-sama... Ane juga
minta maaf sering pelit sama kalian.” Mr. Bitters tersenyum malu.
Hari itu mereka habiskan dengan
bersalam-salaman dengan seluruh penghuni Palm Woods. Bahkan Gustavo dan
Kellypun datang. Gustavo dengan senyum sumringahnya yang jarang terlihat
meminta maaf kepada Kendall cs. Tapi sayangnya, kue-kue Mama Schmidt ludes
karena kedatangan Gustavo. Itu membuat wajah Carlos yang sejak pagi sudah
ditekuk, jadi tambah ditekuk.
“Gan.. rencana lo apaan biar
Carlos gak ngambek lagi?” tanya James,karena walau sudah lewat tengah hari
Carlos belum juga mau berbicara dengan mereka.
“Beliin dia helm.” Kata Logan
mantap.
“Duitnya?” tanya Kendall.
“Kita patungan.”
“Gue gak ada duit.” James
bersandar di sofa.
“Kumpulin aja dulu. Daripada Carlos
ngambek terus.”
Kendall menghela nafas. “Iya
deh.”
***
Carlos sedang dalam perjalan ke
kolam sore itu saat dia melihat ketiga sahabatnya berdebat di loby. Carlos
bersembunyi di balik tembok, mendengarkan percakapan mereka.
“Uangnya gak cukup.” Samar-samar
Carlos mendengar Kendall berkata.
“Iya.. ini udah semua sisa duit
THR gue, tapi tetep gak cukup.” Sahut James.
“Terus gimana?” Logan kelihatan
putus asa.
Carlos ingin bertanya apa yang
sedang terjadii, tapi dia gengsi. Dia kan ceritanya sedang ngambek, masa mau
tiba-tiba nyambung.
“Kita minta maaf baik-baik aja
deh sama Carlos, masa dia gak mau maafin.”
Merasa namanya disebut Carlos
semakin mencondongkan tubuhnya.
“Kita udah minta maaf berapa
kali dari tadi pagi. Tapi dia tetep gak mau maafin.” Kendall cemberut.
“Satu-satunya cara ya beliin
dia helm.”
“Tapi duit kita gak cukup.”
Deg. Carlos terperangah.
Jadi teman-temannya berncana
mengorbankan uang mereka untuk membelikannya helm. Astaga padahal ngambeknya
selama ini cuma main-main. Dia tak akan pernah bisa marah kepada
sahabat-sahabatnya. Carlos terharu, mereka semua ternyata benar-benar
menyayanginya. Walaupun artinya mereka harus menyuap Carlos agar tidak marah
lagi, tapi niat mereka baik.
Carlos jadi malu. Buat apa dia
ngambek seperti anak kecil padahal ini hari Idul Fitri, dimana semua orang
kembali suci, bersih tanpa dosa. Tapi sebuah bisikan kembali menghampirinya.
“Udah bos... gak apa-apa,
lumayan dapet helm.” Kata setan.
“Sebenernya kalo mereka ngasih
itu namanya hadiah bos. Gak dosa-dosa amat lah.” Malaikat yang salah alamat
melanjutkan.
Tapi Carlos menggeleng
kuat-kuat. Dia tak akan membiarkan Setan sesat dan Malaikat yang lebih sesat
itu menjerumuskannya...lagi.
***
“Hey....” Carlos keluar dai
persembunyiannya dan menghampiri sahabat-sahabatnya.
Kendall, Logan dan James yang
kaget, buru-buru menyembunyikan uang yang tadi mereka kumpulkan.
“Hey...” Kata James salah
tingkah. “Ada apa Los??”
“Kalian ngapain?”
“Gak ngapa-ngapain kok.... “
Logan bersiul pelan.
“Eh... lo kan lagi ngambek..
kok negur kita?”
Logan langsung menyikut rusuk
Kendall. Kendall mengaduh, tapi begitu melihat tatapan yang Logan berikan dia
diam.
“Ngapain lo ingetin hah.. ntar
dia ngambek lagi.” Begitu kira-kira pesan yang Logan berikan dari tatapannya.
“Soal itu..” Carlos menunduk
malu. “Gue mau minta maaf.. gue gak seharusnya ngambek kayak anak kecil.”
Logan, Kendall dan James
menghembuskan nafas lega mendengar perkataan Carlos.
“iya nih.. gaje banget lo pake
ngambek segala, dasar ababil.” Tuding James.
“Yeeee... kalian sih.. coba
kalian yang disiram pake air dingin, pasti ngambek juga.”
“Elo tidurnya kayak kebo
dibangunin pake cara halus gak bisa.”
“Ngapain kalian ngebangunin,
orang gak sahur juga.”
“Salah Logan noh yang kerajinan
nyalain alarm.”
“Eh.. nyalahin gue lagi. Kan
gue khilaf...”
“STOOOOOOOOOPPP!!!!” Kendall
berteriak menengahi. “Baru juga maaf-maafan udah ribut lagi.”
Logan, James dan Carlos
tersenyum malu.
“Yaudah intinya, gue minta maaf
sama kalian semua. Mumpung ini hari lebaran, kita harus bersih dari dosa.”
“Cieeee tumben kata-kata lo
bener Los.” James menggoda Carlos.
“Kita juga mau minta maaf ya
Los.. selama ini kita selalu ngerjain lo.” Kata Kendall sambil memeluk Carlos.
“Iya gue maafin kok.” Carlos
tersenyum, kemudian balas memeluk Kendall.
Mereka saling berpelukan. Tak
ada lagi rasa sebal dan kesal di hati Carlos karena disiram dipagi buta. Yang
ada hanya rasa bangga memiliki sahabat-sahabat yang menyayanginya sepenuh hati.
Yang rela mengorbankan apapun hanya untuk melihatnya kembali tersenyum. Lebaran
tahun ini Carlos menemukan arti persahabatan yang sesungguhnya.
“Jadi helm gue mana?” tanya
Carlos begitu mereka melepas pelukannya.
“Helm apa?” tanya Logan
bingung.
“Kalian mau beliin gue helm
kan.”
“Itu kan tadi waktu lo ngambek,
sekarang lo udah gak ngambek, ngapain dibeliin helm.” Kata Kendall sambil
melenggang ke kolam.
“Gaya lo mau dibeliin helm.
Minta aja sama si Uje sonoh.” James mengikuti Kendall.
Logan cuma bisa tertawa, dia
mengacak rambut Carlos lalu mengekor dibelakang James.
Carlos cemberut. Kalau tahu
begini mending tadi dia mengikuti saran si setan dan malaikat sesat itu.
***