Derita pacaran sama artis itu begini deh. Mau ketemu aja susah banget, James
sudah kembali dua minggu yang lalu. Tapi sampai saat ini aku belum bertemu
dengannya. Oh, .memang, kita sudah ratusan kali merencanakan kencan romantis
yang—bukannya terlaksana, malah harus kandas ditengah jalan karena jadwal
syuting dan pemotretan James. Aku mengerti, sangat mengerti kesibukan James.
Tapi terkadang aku cemburu juga. Apalagi kalu membayangkan dia dikelilingi
model-model cantik nan bohai itu. Rasanya ingin aku seret James dan menguncinya
di lemariku biar dia tidak pergi-pergi lagi.
Aku mendesah lemah. Dia baru saja meneleponku untuk – lagi-lagi, membatalkan
kencan kami. Yah… harusnya malam ini kami bertemu. Aku kangen banget sama dia
dan dia masih punya utang cium padaku. Tapi gara-gara managernya yang bawel,
yang tiba-tiba saja punya ide gila untuk berpesta dengan ultimatum SEMUA ANAK
BTR HARUS IKUT, TANPA TERKECUALI!. James terpaksa membatalkan kencan kita.
“Satu lagi pengorbanan..” aku berkata pada diriku sendiri. Sudah tak
terhitung berapa banyak pengorbanan yang aku lakukan selama kami pacaran.
Pembatalan kencan hanya satu dari sederet daftar panjang
pengorbanan-pengorbanan itu. Tapi aku gak menyerah. Aku gak mau kehilangan James.
James… rasanya cintaku untuknya tidak akan pernah habis, malah semakin
bertambah. Tersenyum sendiri aku memeluk erat boneka beruang pemberian James.
Dia memberikanku boneka ini pada ulang tahunku yang ke-17. boneka ini besaaaar
banget, seukuran tubuh James. Dia bilang, boneka ini bisa mewakilinya saat aku
kangen dan tidak bisa bertemu. Aku bisa memeluk, mencium, bahkan menghajar
boneka ini dan menganggapnya James. Tapi tidak peduli seberapa erat aku
memeluknya, sebarapa sering aku menciumnya, itu tidak mengurangi rasa kangenku.
Aku mau James yang asli!!
“aaarrrgghh…..” menggerung frustasi aku menyambar remote tv yang tergeletak
pasrah di kasurku. Aku butuh pengalih perhatian. Aku menyalakan tv, sialnya
jam segini tayangan infotaiment lah yang merajai acara-acara tv.
“Oh God.. kill me now!!”
Aku benci gossip. Mereka semua hanya pintar ngomong, mencari berita-berita
bohong sebanyak yang mereka bisa. Sejak pacaran dengan James tak terhitung
berapa gossip-gossip miring yang menghampirinya. Oh yeah.. bukan hanya miring
sih… gossip-gossip positifpun banyak. Namun lajunya tak sebanding dengan
gossip-gossip tidak benar yang paparazzi lemparkan.
James pernah curhat padaku. Dia bilang “I love being a public figure but
sometimes it’s too much annoying”.
Kalau sudah begitu aku akan menghiburnya, memberikan kata-kata penyemangat
dan itu semua akan berakhir dengan dia menciumku lembut.
Aaahhh.. tuh kan aku kepikiran James lagi.
“Dammit!!” aku bersiap mematikan tv saat aku melihat berita itu.
“IS JAMES MASLOW DATING MIRANDA COSGROVE??”
Begitu bunyi headlinenya. Aku mengeraskan volume tv dan menyimak.
“The hottest from Big Time Rush, James maslow is rumored to be dating our
teen pop iCarly artist Miranda Cosgrove. They were caught spending a romantic
dinner in Nobu Restaurant last saturday night. Although Miranda has confirmed
that they’re just friends but their closeness seems clearly.”
“We’re just a friend” itu Miranda yang bicara. “he’s a sweet guy though, but
for now I think we’ll stay like this” dan dia tersenyum manis sekali, yang
membuatku muak. Aku langsung mematikan tv. Paparazzi sialan, mereka merusak
mood ku –yang memang sudah rusak, dengan sempurna. James tidak pernah cerita
apa-apa tentang Miranda, yang aku tahu mereka bardua kenal hanya karena bernaung
di rumah produksi yang sama. Dan apa katanya tadi?
“Mereka kedapatan menghabiskan makan malam romantis sabtu malam lalu??” itu
kan saat James membatalkan kencan kami yang ketiga dengan alasan ‘acara khusus
BTR’. Dia tidak menyabut-nyebut Miranda saat itu. Apa ini artinya….
Tidak.. Tidak… ini Cuma gossip. James tidak mungkin selingkuh. Sebenarnya
dia memang tidak pernah memperkenalkan aku secara resmi ke wartawan, tidak
pernah mempublikasikan hubungan kami, dengan alasan popularitas—begitu kata managernya
yang bawel. Selama ini aku tidak pernah protes. Aku tidak peduli dengan cap
‘Pacarnya James’. Bagiku, sudah cukup James mencintaiku dan aku mencintainya.
Tidak peduli apa kata orang. Tapi kalau dilihat dari gelagatnya sekarang,
sepertinya aku butuh ‘cap’ itu.
***
“Aku kangen..”
“Aku lebih kangen..”
“Aku pengen meluk kamu, aku capek banget hari ini. Pemotretan untuk cover
majalah ini, majalah itu, pembuatan video klip, syuting..” James mengeluh
padaku. Aku Cuma bisa tersenyum mendengarnya. Kalau aku berada di
dekatnya, aku pasti sudah membelainya dari tadi, hanya saja saat ini kami
tengah berbicara via telepon.
“Mau bagaimana lagi, itu kan pekerjaanmu. Kau harus menjalaninya dengan
ikhlas.”
“yah.. gampang bicara, seandinya kau yang ada di posisiku”.
Aku tertawa geli mendengar dia merajuk seperti itu “Oh.. aku tidak mau
berada di posisimu, dengan segebung aktivitas dan gossip-gossip yang memburuku?
Tidak terimakasih, aku maih mau hidup normal.”
James ngedumel gak jelas, saat ini dia pasti menekuk bibirnya, ekspresi yang
biasa dia lakukan kalau sedang kesal. Aku tersenyum, dia selalu terlihat
menggemaskan dengan ekspresi itu. Ngomong-ngomong soal gossip aku jadi ingat.
“Hey.. kemarin aku lihat infotaiment, dan well.. ada berita tentang kamu.”
Aku berkata hati-hati tidak ingin menyulut pertengkaran.
“Oh ya?? Berita apa??”
“Kau tahu.. soal dengan kedekatanmu dengan Miranda.”
“Oh..” dia menanggapinya datar.
‘Oh…’???? dia diosipkan pacaran dengan artis cantik yang terkenal—berbanding
terbalik denganku, dan dia Cuma bilang ‘Oh…’??
“kau tidak mau menjelaskan apa-apa padaku??” tanyaku memancing.
“apa yang perlu dijelaskan??” dia terdengar malas “Kami hanya teman, kau
tahu itu kan??”
“Iya.. tapi kau tidak bilang sabtu malam kemarin kau makan malam romantis
dengan dia.” Aku berkata sedikit sarkastis.
“Sabtu malam???” dia berpikir sebentar “Oh itu.. kami tidak makan malam
romantis, itu makan malam biasa dan bukan hanya ada aku dan Miranda, Kendall,
Carlos, Logan dan semua kru juga ada disana.”
“tapi kau tidak bilang disana ada Miranda.” aku tidak mau kalah.
“Apa itu penting??”
‘Penting kalau pacarmu seorang artis yang dikelilingi cewek-cewek cantik dan
rentan terhadap gosip’ aku ingin mengatakan begitu, tapi yang keluar malah “uh..
gak juga sih.”
“Lalu kenapa dipermasalahkan??”
Aku mengeluh pasrah dan memilih diam, kalau keadaannya tidak seperti ini aku
akan mati-matian berargumen sampai dia minta maaf. Tapi aku tidak mau merusak
kesempatan ngobrol yang semakin jarang aku dapat ini.
“Ngomong-ngomong babe.. sudah dulu ya.. aku ada rekaman setengah jam lagi.
Aku telepon lagi nanti. Bye,, I Love You.”
Dan tanpa menunggu persetujuanku dia memutuskan telepon.
“I love you too” kataku pelan sambil menaruh telepon.
James rasanya semakin jauh. Dia tidak lagi semanis dulu. Dia jarang
menelepon, jarang memberikanku kejutan-kejutan kecil yang dulu sering dia
lakukan. Sepertinya hubungan kami stuck di tempat.
Aku meraih music playerku dan memutar ‘Stuck’, salah satu lagu favoritku
dari BTR—bandnya James.
Ah.. andai saja James menyanyikan lagu ini untukku…
***
No comments:
Post a Comment