Sunday, April 29, 2012

Goodbye


I can honestly say
You've been on my mind
Since I woke up today
I look at your photograph all the time
These memories come back to life
And I don't mind

I remember when we kissed
I still feel it on my lips
The time that you danced with me
With no music playing
I remember the simple things
I remember till I cry
But the one thing I wish I'd forget
The memory I wanna forget
Is goodbye


Aku terbangun pagi ini. Masih dengan pikiran yang sama seperti semalam, sebelum aku tertidur. Kamu. Wajahmu terbayang-bayang dibenakku, menari-nari di otakku. Setip menit, setiap detik. Otakku seperti kaset rusak. Selalu mengulang dan mengulang kembali kenangan-kenangan kita.

Aku menoleh ke samping tempat tidur. Disana kau tersenyum kepadaku, melalui pigura kecil yang masih kusimpan. Kenangan kita saat berlibur di Hawaii. Senyummu terpatri jelas diingatanku.

Aku beranjak kekamar mandi. Disana aku terpaku menatap bayanganku dicermin. Kusut, lelah, bingung. Berbeda sekali dengan aku yang dulu. Sejak kau masuk ke kehidupanku. Dan membawakanku kebahagian, tapi kemudian. Kau bawa lagi kebahagian itu pergi bersamamu. Sejak saat itu aku tak pernah sama lagi.

Aku memejamkan mata. Ingatan-ingatan tentangmu kembali berputar. Tapi aku membiarkannya. Walaupun aku tahu, aku akan membayar mahal untuk ini.

Aku ingat saat pertama kali kau menciumku. Bahkan aku masih bisa merasakan lembut dan manisnya bibirmu saat itu. Ketika kau mengajakku berdansa, walaupun tak ada satupun musik pengiring kita. Aku masih ingat jelas semuanya. Seakan-akan itu terjadi kemarin. Bukan setahun yang lalu.

Kita tertawa bersama, bahagia bersama. Masa-masa yang sangat ingin aku ulang kembali. Bahkan aku rela melakukan apapun, agar aku bisa kembali merasakan perasaan itu. Bersamamu. Merajut mimpi-mimpi indah yang sudah kita rencanakan.

Tapi kemudian aku sadar. Waktu tak mungkin bisa diulang. Sekarang yang bisa aku lakukan hanya menyesal. Menyesali kata selamat tinggal yang dulu terucap.

Aku benar-benar ingin melupakannya. Menghapus mimpi buruk itu, dan menggantikannya dengan mimpi kita yang belum terselesaikan. Tanpa  sadar aku tersenyum kecil, diiringi setetes air mata.
***

I woke up this morning
And played our song
And through my tears I sang along
I picked up the phone and then
Put it down
'cause I know I'm wasting my time
And I don't mind

I remember when we kissed
I still feel it on my lips
The time that you danced with me
With no music playing
I remember the simple things
I remember till I cry
But the one thing I wish I'd forget
The memory I wanna forget



Aku mendengarnya lagi. Lagu kita. Lagu yang selalu kau nyanyikan sebagai pengantar tidurku. Aku selalu mengulangnya. Membuatku merasa lebih dekat denganmu. Walau ditemani air mata, aku menyanyikannya. Lagu ini satu-satunya hal yang masih tersisa darimu. Bukti nyata yang menegaskan bahwa apa yang kita lalui dulu bukanlah sebuah ilusi pikiran semata.

Dan tanpa bisa aku tahan, aku mengangkat telepon, tapi kemudian meletakkannya lagi. Sadar. Tidak ada gunanya menganggu hidupmu. Kau sudah bahagia disana. Tak perlu aku mengusikmu dengan kegundahan hatiku. Aku bukan siapa-siapa lagi untukmu. Kau tak perlu tahu sakit hati yang ku tanggung.

Aku menangis lagi. Memeluk erat lututku, terisak tanpa suara. Kealpaanmu bagai lonceng keras yang terus berdentang, selalu mengingatkanku akan sosokmu yang dulu selalu ada menemaniku. Dan lagi-lagi aku menyesal pernah mengucapkan selamat tinggal.

***

Suddenly my cell phone's blowing up
With your ring tone
I hesitate but answer it anyway
You sound so alone
And I'm surprised to hear you say

You remember when we kissed
You still feel it on your lips
The time that you danced with me
With no music playing
You remember the simple things
We talk till we cry
You said that your biggest regret
The one thing you wish I'd forget
Is saying goodbye

Saying goodbye
Oh, Goodbye

Namun tiba-tiba, teleponku berdering. Aku menghapus air mata kemudian mengangkatnya. Suaramu menyambutku disana. Kau terdengar sangat kesepian. Membuatku bertanya-tanya apa yang mengusikmu. Lalu kau mengatakannya. Jawabanmu membuatku terkejut sekaligus senang.

“Maaf menganggumu, aku tak tahu harus bagaimana lagi. Aku kangen padamu. Aku tahu ini kedengar gila. Tapi apa kau ingat ciuman pertama kita, aku masih mengingatnya dengan jelas. Malam itu ketika kita berdansa dibawah naungan bintang. Aku ingin semua terulang kembali. Aku ingin kita kembali.”

Tanpa bisa ku tahan. Air mata itu mengalir lagi. Aku mengatakan semua keresahanku padamu. Kau ikut menangis,  kita tenggelam dalam nostalgia masa lalu, yang tak akan pernah bisa kita rengkuh kembali.

“Seandainya saat itu aku bisa mencegahnya. Seandainya aku tak menjadi seorang brengsek. Saat ini kita pasti masih bersama. Aku tak perlu mengucapkan selamat tinggal dan menyiksamu seperti ini.”

“Kau tak perlu berkata seperti itu. Ini sudah takdir kita. Nikmatilah hidupmu sekarang, berbahagialah.”

“Aku tak akan pernah bisa bahagia. Karena orang yang membuatku bahagia tidak bersamaku. Bisakah kita mencoba lagi. Aku berjanji aku tak akan menyia-nyiakanmu lagi.”

“Maaf James. kita tak akan pernah bisa. Kau sudah menikah dengan Halston. Dialah jodohmu bukan aku. I’m sorry, Goodbye.”

Kemudian aku menutup telepon itu. Menangis sekeras yang aku bisa.

***

credit: Goodbye- Miley Cyrus

4 comments: